Sabtu, Agustus 27, 2005

di Ujung Jalan..(sebuah khayalan)

semua bermula dari sebatang rokok yang tersulut tidak sengaja. Anwar terbawa emosi, sehingga tanpa berfikir panjang, ia menembak orang itu. tidak ada penyesalan di wajahnya. Anwar berlalu dengan diam. di ujung jalan itu, dia bunuh diri tanpa fikir panjang. meninggalkan semua permasalahan hidupnya. Dia tersenyum bahagia. entah bagai mana penulis tidak tau dari mana anwar memperoleh pistol itu.

Dua rumah dari ujung jalan itu. Bobby, bocah 5 tahun, ternganga tak berkedip. dalam gerak lambat dia melihat peluru panas itu menembus tempurung kepala dan menyemburkan darah bercampur serpihan otak. bola di tangannya bergelinding menjahui dia menabrak tong sampah, mengagetkan kucing yang sedang mencari makan di dalam tong sampah itu. Uni berlari histeris kearah Bobby dan menutup mata anakitu dengan kedua matanya. "jangan lihat, ayo pulang, sekarang, ayo.." uni menggendong Bobby. di sela sela perkataan uni menenangkan Bobby yang masih syok, Raungan Ambulance dan mobil polisi silih berganti memekakkan telinga Burhan.

"Sialan, nggak boleh liat orang lagi istirahat aja", bentak burhan dari ruang tamu. hari itu hari sabtu. kebanyakan orang beristirahat setelah lima hari penuh bekerja tanpa pernah menikmati pekerjaan itu dengan sepenuh hati. Burhan melihat dari kejauhan, orang banyak berkerubun di ujung jalan itu. Rumah Burhan berjarak satu rumah dari ujung jalan, tempat anwar menghabisi nyawanya sendiri, dan satu rumah dari tempat Bobby berdiri membatu tadi.
"ya Allah.." Burhan berlari, menyibak kerumunan orang dengan kedua tangan besar berbulu itu. Burhan hanya memakai singlet dan celana katung. perutnya yang buncit naik turun seiring dengan langkahnya yang menggetarkan tanah jika seandainya manusia sebesar semut.
Burhan melihat Anwar tergeletak. matanya terbuka, kepalanya berlubang, darah bercampur serpihan otak dan tulang berserakan dalam radius 1 meter. Burhan berteriak sekuat tenaga, merangkul anak semata wayang. Anak yang sangat dibanggakan, sangat di sayang dan sangat diharapkan. "Apa salahku ya Allah, cobaan ini tidak sanggup aku memikulnya.., Ampuni aku ya.. Allah..."

Tanah itu masih bertaburan melati, mawar, daun pandan dan basah. satu lagi anak manusia belia meninggalkan dunia dengan tidak tahu apakah perbuatannya itu benar atau salah. Dia putus asa, bebannya terlalu berat. Burhan menyadari itu. Burhan menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri, memukul dadanya, menjambak rambutnya sendiri, dia bukan dirinya lagi. kemudia azan berkumandang. Burhan terdiam, dia berdiri, dan berjalan menuju sebuah langgar. Dia berudhuk, masuk kedalam langgar dan Shalat. Dia sekali menangis, dalam shalatnya burhan menangis, "...iyya kana' budhu wa iyya kanastai'n...." hanya kepadaMu lah aku menyembah, dan hanya pada Mu lah aku minta pertolongan.


-iMra-

Tidak ada komentar: