Jumat, April 01, 2005

De Javu (sebuah mimpi)

ketika embun bergerak pelan menuruni Gunung Marapi, mendaki terjal Gunung Singgalang. sebuah rumah panggung dari kayu besi berdiri kokoh, pongah menantang kedua gunung itu, membelakangi Gunung Tandikek, si Triarga yang perkasa.

berjalan hati - hati, aku menaiki rumah itu. Rumah tersebut terdiri dari lima kamar, dinding dihiasi lukisan dan foto seorang laki-laki dan perempuan. yang perempuan menggendong bayi.

ku perhatikan wajah - wajah bahagia itu. betapa menyenangkannya karena wajah bahagia ku ter patri pada wajah laki - laki dan wajah bayi itu, dan wajah perempuan itu begitu cerah, mata coklatnya begitu benderang dan menyejukkan. Dia adalah ibu dari anakku.

terdengar suara nyanyian perempuan dari salah satu kamar, suara yang tidak begitu asing, tidak begitu bagus tapi menyejukkan. Suara itu ku ikuti, membuka pintu kamar dan aku melihat perempuan itu sedang menyusui anaknya, anakku. Dia tersenyum dan aku terbangun. keringat dingin bercucuran.

setelah 10 tahun, rabu sore, di sebuah bis. seorang perempuan memegang buku pramudya, membacanya dan mendekapnya erat. kuperhatikan wajahnya. rasa bahagia itu kembali memenuhi hati ku, dia adalah wanita dalam foto itu, dia adalah wanita yang menyusui anakku, dia adalah istri dalam mimpiku.

Dan dia adalah De Javu ku
-iMra-

Tidak ada komentar: